Selasa, 05 Mei 2020

Menanti di Ujung Senja Part 1

MENANTI DI UJUNG SENJA

Penulis : Sahrul Hadu

Hari mulai malam pukul 17.40 tgl 21 Januari 2020, terdengar bunyi 
suara azan magrib yang merdu dari kompleks masjid ku, aku bergegas dengan 
penuh semangat mempercepat langkahku agar tidak telat shalat magrib.
Karena jika telat sedikit saja, hmmm Ayah akan menatap sinis wajah ku yang
selalu menunggu ku di pintu gerbang masjid. Oh iya aku belum kenalan,
perkenalkan nama saya Tania, aku berumur 23 tahun dan 7 Desember nanti
aku berusia 24 tahun, aku mempunyai seorang ayah sekaligus ibu dalam hidup
ku. Bagi ku, dia adalah ayah yang sangat hebat, rajin bekerja, taat
beribadah, pandai mmemasak, super bawel dan paling disipilin kayak tentara,
tapi ayah ku humoris orangnya terkadang tingkah ku yang keras kepala selalu
membuatnya geram. Akan tetapi ayah tak pernah memukuli ku ayah tak
pernah memarahi ku dia hanya menatap sinis jika ada yang tidak disukai dari
tingkah ku. Bayangkan saja kalau tatapanya itu seperti seekor burung elang
yang menatap mangsanya dari udara hahaha. Oh iya, ayah ku adalah seorang
wirausaha dia memiliki usaha Perkebunan Sawit di Desa. Sekarang ini usaha
ayah ku cukup baik untuk memenuhi hidup ku. Oh iya, ibu ku meninggal ketika
aku hadir di Dunia ini, aku selalu bertanya kepada ayah ku, tentang
bagaimana ibu dimasa lalu, seperti apa dia, apakah dia adalah seorang yang
sangat hebat, hingga memiliki pasangan seperti ayah. Akan tetapi setiap aku
bertanya kepada ayah, dia selalu terdiam dan merenung. Foto Ibu pun tak
pernah aku lihat di dinding rumah ku, 23 tahun aku selalu bertanya tentang
ibu dan jawbanya masih sama. Sampai suatu saat aku bertanya untuk yang
kesekian ribu kali, ayah akhirnya akan mengungkapkan bagaimana ibu itu,
seperti apa dia dan bagaimana dia bisa memiliki hati ayah. Tapi itu nanti,
nanti ketika aku berumur 24 tahun, kata ayah aku akan dibawahnya ke suatu
tempat dimana aku bisa mengenal ibu.
Setelah selesai sholat Magrib aku bersama ayah pulang bersama
dengan warga sekitar rumah saya, rumah saya tidak jauh dari masjid hanya
sekitar 30 meter saja. Diperjalanan aku dikejutkan dengan seorang pria yang
tiba-tiba lewat di samping ayah ku sambil terburu-buru berjalang
mengangkat dos yang cukup besar dengan beberapa tumpukan dos. Tiba –
tiba ayahku memanggilnya pria itu “Hai Nak, Assalamualaikum, kenapa
memaksakan mengangkat bebaban yang begitu berat, sementara kau melihat
ku berjalan searah dengan mu”. Anak muda itu pun langsung berhenti dan
mengangkat Kotak bawaanya dan mengucapkan terimakasih kepada ayahku
karena sudah di tolong olehnya dan langsung bergegas masuk kedalam rumah.
Kami pun langsung bergegas meninggalkan pemuda tersebut dan
menuju ke rumah yang tidak jauh dari rumah Pemuda itu. Tiba-tiba baru tiga
langkah dari rumah Andre, saya menengok kembali kerumahnya dan melihat
dia berbicara dengan Ibunya. Aku dan ayah ku sampai dalam rumah, aku
langsung bergegas menuju ke kamar ku, untuk mengganti baju. Ketika aku
mau membuka kamar ku tiba-tiba. Ayah, sambil duduk diruang tamu dan
menyalakan TV “Nak setelah ganti baju, tolong buatkan ayah kopi ya”, Aku
dengan wajah tersenyum “Siap pak Boss, kopinya mau panas atau stengah
panas, atau pake air es” Tanya ku pada ayah ku. Ayah dengan wajah yang
heran “Lohh kok pakai air es, ada ada saja kamu ini, Kopi yang setengah panas
aja lah”. Aku, sambil membuka pintu “Iya pak siapp.. siappp”.. Aku pun
langsung masuk kamar dan mengganti baju. Setelah selesai aku pergi ke
Dapur untuk membuatkan ayah kopi pesananya. Tiba-tiba suara Pintu rumah
berbunyi terdengar suara orang mengetuk pintu “Assalamualaikum, Pak
Kasmir. Omm”. Ayah, sambil berjalan menuju kearah pintu “Waalaikum salam,
iya tunggu sebentar” ternyata si Andre yang mengetuk pintu tadi. Andre,
berbicara sambil menengok kedalam rumah.. “Om,, aku mau ngasih buah ini ke
om, karena sudah bantu Andre tadi”. Ayah sambil menengok keruangan tamu
“Ndreee.. Om disini loh, kenapa malah ngelihat ruangan tamu rumah om,
oooowwww Bapak paham”. Andre, sambil tersenyum melihat kearah bapak
“Ahahhahahha, maaf pak maaf. Tadi saya melihat ada cicak jatuh dilantai
pak, cicaknya makan kecoak”. Ayah dengan menengok kearah lantai “Maaanaa
tidak ada cicaknya”. Andre sambil memberikan buah yang ada di kantung
plastic “Yahhh… cicaknya sudah kabur om, dibawa kecoak”. Ayah, sambil
menerima bingkisan dan tersenyum “Kamu ini ada- ada saja, masa kecoa
dimakan cicak, terus cicaknya dibawah kabaru kecoak ahaha,, eeh. Itu
kecoanya ada di baju kamu Ndre”. Andre, dengan wajah geli dan takut
“Manaa kecoanya pak, serius pak”. Ayah, sambil tertawa “Hahahaha.. Tapii
Booteeenggg (Boteng : bahasa khiasan anak leok untuk bercanda dalam
bohong) ahhahahahah” Andre dengan muka malu “Ah bapak ini, iya pak Andre
pamit pak Assalamualaikum”. Ayah “Waalaikum salam, terimakasih ya Ndre”.
Ayahpun menutup pintu dan masuk sambil membawa buah pemberian
andre dan kembali duduk di tempat duduknya. BERSAMBUNG…….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar